I. TA'RIF (DEFINISI)
Secara bahasa (lughatan): Akhlaq adalah jamak dari Al khuluq, yang berarti:
وهو الدِّين والطبْع والسجية
“Yaitu ad din (agama), tabiat, dan perangai.” (Ibnu Manzhur al Mishri, Lisanul ‘Arab, Juz. 10, Hal. 85. Al Maktabah Asy Syamilah)
وقالَ ابنُ الأعْرابِيِّ : الخُلُقُ : المُرُوءةُ
“Berkata Ibnul Arabi: Al Khuluq artinya muru’ah (kepribadian).” (Muhammad bin Muhammad bin Abdurrazaq al Hasani, Tajjul ‘Arusy, Hal. 6292. Al Maktabah Ays Syamilah)
Sedangkan, secara istilah (ishtilahan), adalah:
وحقيقته أَنه لِصورة الإِنسان الباطنة وهي نفْسه وأَوصافها ومعانيها المختصةُ بِها بمنزلة الخَلْق لصورته الظاهرة وأَوصافها ومعانيها ولهما أَوصاف حسَنة وقبيحة والثوابُ والعقاب يتعلّقان بأَوصاف الصورة الباطنة أَكثر مما يتعلقان بأَوصاف الصورة الظاهرة
“Hakikatnya (akhlak) adalah gambaran batin manusia, yakni jiwanya, sifat-sifatnya, dan makna-maknanya yang spesifik, yang dengannya terlihat kedudukan makhluk, lantaran gambarannya secara zahir, baik sifat-sifatnya dan makna-maknanya, dan keduanya memeliki sifat yang baik atau buruk, mendapat pahala dan sanksi, yang kaitan keduanya dengan sifat-sifat yang tergambar secara batin adalah lebih banyak, dibanding apa-apa yang yang terkait dengan gambaran zahirnya.” (Ibid, lihat juga Tajjul ‘Arusy, Hal. 6292. Al Maktabah Asy Syamilah)
Sementara itu, Hujjatul Islam Imam al Ghazali, mendefinisikan akhlak yang baik sebagai berikut:
وإنما الأخلاق الجميلة يراد بها العلم والعقل والعفة والشجاعة والتقوى والكرم وسائر خلال الخير، وشيء من هذه الصفات لا يدرك بالحواس الخمس بل يدرك بنور البصيرة الباطنة
“Sesungguhnya, yang dimaksudkan dengan akhlak yang indah adalah ilmu, akal, ‘iffah (rasa malu berbuat dosa), keberanian, taqwa, kemuliaan, dan semua perkara yang baik, dan semua sifat-sifat ini tidak hanya ditampilkan oleh panca indera yang
Sedangkan Ibnu Maskawaih berkata tentang akhlak:
الخلق حال للنفس داعية لها إلى أفعالها من غير فكر ولا روية ولا روية
“Akhlak adalah kondisi bagi jiwa yang mengajak segala perbuatan kepadanya dengan tanpa dipikirkan, dan tanpa ditimbang-timbang.” (Ibnu Maskawaih, Tahdzibul Akhlaq, hal. 10. Al Maktabah Asy Syamilah)
Demikian makna akhlak yang diterangkan para ulama dan ahli bahasa. Semua pembicaraan tentang akhlak bermuara pada kondisi jiwa manusia yang ditampakkan oleh perbuatan mereka, yang didasarkan oleh pemahaman agama, Al Quran, dan ketaqwaan.
II. KATA AKHLAK DALAM AL QURAN
Allah Ta’ala berfirman:
وَإِنَّكَ لَعَلى خُلُقٍ عَظِيمٍ
Dan seseungguhnya engkau (Muhammad), benar-benar berbudi pekerti agung.” (QS. Al Qolam (68): 4)
Berkata Imam Abu Ja’far bin Jarir Ath Thabari Rahimahullah:
وإنك يا محمد لعلى أدب عظيم، وذلك أدب القرآن الذي أدّبه الله به، وهو الإسلام وشرائعه.
“Sesungguhnya engkau, wahai Muhammad, benar-benar di atas adab (etika) yang mulia, itulah adab Al Quran yang dengannya Allah telah mendidiknya, yakni (adab) Islam dan syariat-syariatnya.” (Jami’ul Bayan fi Ta’wilil Qur’an, Juz. 23, Hal. 528. Al Maktabah Asy Syamilah).
Imam Ibnu Jarir ini merupakan rangkuman dari berbagai tafsir tentang makna ‘Khuluqun ‘Azhim’, yang dimaknai oleh Ibnu Abbas, Mujahid, Adh Dhahak, dan Ibnu Zaid, di mana mereka mengartikannya dengan makna ‘agama mulia’, yakni Islam. Sedangkan ‘Athiyah memaknainya dengan ‘Adabul Qur’an, (etika al Quran)’ (Ibid, Juz. 23, Hal.529-530. Al Maktabah Asy Syamilah)
Sementara itu, Aisyah Radhiallahu ‘Anha memaknai ayat ‘sesungguhnya engkau benar-benar berbudi pekerti agung’ adalah Al Quran. Sebagaimana riwayat berikut:
عن سعد بن هشام بن عامر ، في قول الله عز وجل ( وإنك لعلى خلق عظيم ) قال : سألت عائشة رضي الله عنها : يا أم المؤمنين ، أنبئيني عن خلق رسول الله صلى الله عليه وسلم ، فقالت : « أتقرأ القرآن ؟ » فقلت : نعم ، فقالت : « إن خلق رسول الله صلى الله عليه وسلم القرآن »
Dari Sa’ad bin Hisyam bin ‘Amir, tentang firmanNya ‘Sesungguhnya engkau benar-benar berbudi pekerti agung’, dia berkata: ‘Aku bertanya kepada ‘Aisyah Radhiallahu ‘Anha: “Wahai Ummul Mu’minin, kabarkan kepada saya tentang akhlaq Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam.” Beliau menjawab: “Apakah engkau membaca Al Quran?” Aku menjawab: “Tentu.” Dia berkata: “Sesungguhnya Akhlaq Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam adalah Al Quran.” (HR. Al Hakim, katanya shahih sesuai syarat Bukhari-Muslim, Al Mustadrak ‘Alash Shahihain, Juz. 9, Hal. 39, No hadits. 3801. Al Maktabah Asy Syamilah).
III. KATA AKHLAQ DALAM AS SUNNAH
Selanjutnya adalah beberapa hadits yang memuat kata ‘akhlaq’ dan pengertiannya menurut para pensyarah.
Hadits Pertama
عَنْ أَبِي هُرَيْرَةَ قَالَ :سُئِلَ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ عَنْ أَكْثَرِ مَا يُدْخِلُ النَّاسَ الْجَنَّةَ فَقَالَ تَقْوَى اللَّهِ وَحُسْنُ الْخُلُقِ
Dari Abu Hurairah Radhiallahu ‘Anhu, Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam ditanya tentang hal apa yang menyebabkan paling banyak manusia masuk ke surga, maka beliau menjawab: “Taqwa kepada Allah, dan akhlaq yang baik.” (HR. At Tirmidzi, Kitab Al Birr wasAsh Shilah ‘an Rasulillah bab Maa Ja’a fi Husnil Khuluq, Juz. 7, Hal. 286 No hadits. 1927. Katanya: shahih gharib. Syaikh Al Albany mengatakan hasan. Shahih wa Dhaif Sunan At Tirmidzi, Hal. 5, Juz. 4, no. 2004. Al Maktabah Asy Syamilah)
Berkata Syaikh Abdurrahman Al Mubarkafuri tentang makna husnul khuluq:
أَيْ مَعَ الْخَلْقِ ، وَأَدْنَاهُ تَرْكُ أَذَاهُمْ وَأَعْلَاهُ الْإِحْسَانُ إِلَى مَنْ أَسَاءَ إِلَيْهِ مِنْهُمْ
“Yaitu akhlak terhadap makhluk, dia mendekatkan diri dan menjauhkan dari sikap menyakiti mereka, dan lebih tinggi kebaikannya kepada siapa-siapa yang telah berbuat buruk kepadanya dari mereka.” (Syaikh Abdurrahman Al Mubarkafuri, Tuhfah Al Ahwadzi, Juz. 5, Hal. 252. Al Maktabah Asy Syamilah)
Dalam kitab yang sama:
قَالَ الطِّيبِيُّ قَوْلُهُ : تَقْوَى اللَّهِ إِشَارَةٌ إِلَى حُسْنِ الْمُعَامَلَةِ مَعَ الْخَالِقِ بِأَنْ يَأْتِيَ جَمِيعَ مَا أَمَرَهُ بِهِ وَيَنْتَهِيَ عَنْ مَا نَهَى عَنْهُ وَحُسْنُ الْخَلْقِ إِشَارَةٌ إِلَى حُسْنِ الْمُعَامَلَةِ مَعَ الْخَلْقِ وَهَاتَانِ الْخَصْلَتَانِ مُوجِبَتَانِ لِدُخُولِ الْجَنَّةِ وَنَقِيضُهُمَا لِدُخُولِ النَّارِ فَأَوْقَعَ الْفَمَ وَالْفَرْجَ مُقَابِلًا لَهُمَا .
Ath Thayyibi berkata: “Sabda beliau,’ Taqwa kepada Allah’ merupakan isyarat terhadap baiknya pergaulan dengan Sang Pencipta, yakni dengan cara menjalankan semua yang diperintahkanNya dan menjauhi dari dari apa-apa yang dilarangNya. “Akhlak yang baik’ merupakan isyarat terhadap baiknya pergaulan dengan sesama makhluk. Dua perangai ini akan mengantarkan kepada surga, sedangkan yang bertentangan dengan keduanya akan masuk ke neraka. Apa yang biasa dilakukan Mulut dan kemaluan, merupakan lawan dari kedua perangai itu. (Ibid)
Sementara Imam At tirmidzi meriwayatkan dari Imam Abdullah bin Mubarak tentang makna Husnul Khuluq (akhlaq yang baik):
عَنْ عَبْدِ اللَّهِ بْنِ الْمُبَارَكِ أَنَّهُ وَصَفَ حُسْنَ الْخُلُقِ فَقَالَ هُوَ بَسْطُ الْوَجْهِ وَبَذْلُ الْمَعْرُوفِ وَكَفُّ الْأَذَى
Dari Abdullah bin Mubarak, bahwa dia menyifati akhlak yang baik adalah wajah yang ceria, suka memberikan hal-hal yang baik, dan menahan tangannya dari menyakiti manusia. (Sunan At Tirmidzi, juz. 7, Hal. 287, no. 1928. Al Maktabah Asy syamilah)
Hadits Kedua
عَنْ أَبِي الدَّرْدَاءِ قَالَ : سَمِعْتُ النَّبِيَّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ يَقُولُ مَا مِنْ شَيْءٍ يُوضَعُ فِي الْمِيزَانِ أَثْقَلُ مِنْ حُسْنِ الْخُلُق
Dari Abu Darda, dia berkata: Aku mendengar Nabi Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam bersabda: “Tidak ada sesuatu pun yang diletakkan di atas timbangan lebih berat dibandingkan akhlak yang baik.” (HR. At Tirmidzi, Kitab Al Bir wash Shilah ‘an Rasulillah Maa Ja’a fi Husnil Khuluq, Juz. 7, Hal. 285, no hadits. 1926. Abu Daud, Kitab Al Adab Bab Fi Husnil Khuluq, Juz.12, Hal. 421, No hadits. 4166. Juga diriwayatkan oleh Al Bazzar dengan sanad jayyid,lihat Tuhfah al Ahwadzi, Juz. 5 Hal. 251, Al Mundziri berkata: juga diriwayatkan At Tirmidzi katanya: hasan shahih. Lihat ‘Aunul Ma’bud, Juz. 10, Hal. 321. Al Maktabah Asy Syamilah)
Imam Abu Thayyib Rahimahullah berkata tentang maksud hadits di atas:
أَيْ مِنْ ثَوَابه وَصَحِيفَته أَوْ مِنْ عَيْنه الْمُجَسَّد
“Yaitu pahala akhlak yang baik, catatannya dan nilai akhlak baik itu sendiri.” (Imam Abu Thayyid Muhammad Syamsuddin Abadi, ‘Aunul Ma’bud, Juz. 10 Hal. 321, No. 4166. Al Maktabah Asy Syamilah)
Hadits Ketiga
عَنْ النَّوَّاسِ بْنِ سِمْعَانَ الْأَنْصَارِيِّ قَالَ : سَأَلْتُ رَسُولَ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ عَنْ الْبِرِّ وَالْإِثْمِ فَقَالَ الْبِرُّ حُسْنُ الْخُلُقِ وَالْإِثْمُ مَا حَاكَ فِي صَدْرِكَ وَكَرِهْتَ أَنْ يَطَّلِعَ عَلَيْهِ النَّاسُ
Dari An Nawas bin Sam’an al Anshari, dia berkata: Aku bertanya kepada Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam tentang Al Birr (kebaikan) dan Dosa, beliau bersabda: Al Birr adalah akhlak yang baik dan dosa adalah apa-apa yang membuat dadamu tidak nyaman, dan engkau membencinya jika manusia melihatnya.” (HR. Muslim, Kitab Al Birr wash Shilah wal Adab Bab Tafsir Al Birr wal Itsm, Juz. 12, Hal. 403, no hadits. 4632. Al Maktabah Asy Syamilah)
Imam An Nawawi Rahimahullah mengomentari hadits ini:
قَالَ الْعُلَمَاء : الْبِرّ يَكُون بِمَعْنَى الصِّلَة ، وَبِمَعْنَى اللُّطْف وَالْمَبَرَّة وَحُسْن الصُّحْبَة وَالْعِشْرَة ، وَبِمَعْنَى الطَّاعَة ، وَهَذِهِ الْأُمُور هِيَ مَجَامِع الْخُلُق
“Berkata para ulama: Al Birr dimaknai dengan Ash Shilah (hubungan), dan bermakna kelembutan, kebaikan, persahabatan yang baik, dan pergaulan yang baik, dan juga bermakna ketaatan. Semuanya ini terhimpun pada kata Akhlak.” (Syarh An Nawawi ‘
IV. MACAM-MACAM AKHLAK
- Akhlak kepada Allah Ta’ala
- MenjadikanNya satu-satunya ma’bud (sembahan) yang haq dan murni. (QS. 1: 5)(QS. 98:5)
- Taat kepadaNya secara mutlak. (QS. 4:65)
- Tidak menyekutukanNya dengan apa pun. (QS. 4: 116)
- MenjadikanNya sebagai tempat minta pertolongan. (QS. 1:5)
- Memberikan hak rububiyah, uluhiyah, asmaul husna dan sifatul ’ulya, hanya kepadaNya. (QS. 1;2), (QS. 114: 3)
- Tidak menyerupakanNya dengan apa pun (QS. 42: 11)
- Menetapkan apa-apa yang ditetapkanNya, mengingkari apa-apa yang diingkariNya, mengharamkan apa-apa yang diharamkanNya, dan menghalalkan apa-apa yang dihalalkanNya. (QS. 5: 48-49)
- MenjadikanNya sebagai satu-satunya pembuat syariat. (QS. 6: 57)
- Berserah diri kepadaNya (QS. 20:72)
2. Akhlak kepada Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam
- Mengakui dan mengimani bahwa Beliau adalah hamba Allah dan RasulNya. (QS. 18:110)
- Meyakini bahwa Beliau adalah Rasul dan NabiNya yang terakhir, dan risalahnya pun juga risalah terakhir. (QS. 30:40)
- Taat kepadanya secara mutlak. (QS. 4:65)
- Menjadikannya sebagai teladan yang baik dalam kehidupan, beragama, keluarga, sosial, dan lain-lain. (QS. 30:21)
- Meyakini bahwa syafa’at darinya hanya terjadi dengan idzin Allah ta’ala. (QS. 10:3), (QS. 20:109)
- Bershalawat padanya. (QS. 30:56)
- Menerima keputusannya secara lapang. (QS. 4: 59)
- Mencintai keluarganya (ahli baitnya). (HR. At tirmidzi, Juz.12, Hal. 260, No. 3722. Al Maktabah asy Syamilah)
- Mencintai para sahabatnya dan mengakui bahwa mereka adalah umat terbaik dan semuanya adil. (QS. 3: 110)
- Mencintai yang dicintainya dan membenci yang dibencinya.
3. Akhlak kepada manusia
- Berbakti kepada kedua orang tua (QS. 6:151) (QS.46:17)
- Menyambung silaturrahim (QS. 4:1) (QS. 2:27)
- Tolong menolong dalam kebaikan, bukan dalam kejahatan. (QS. 5:2)
- Tawadhu’ (QS.7:199)
- Tidak mencela. (HR. Bukhari)
- Lemah lembut dan berkasih sayang kepada sesama muslim dan tegas terhadap orang kafir. (QS. 5:54) (QS. 48: 29)
- Sabar, menepati janji, dan jujur. (QS. 2:177)
- Pemaaf (QS. 2:109)
- Adil (QS. 3: 18)
- Dermawan (QS. 2: 245)
- Memuliakan tamu (QS. 11:69)
- Dan lain-lain.
Sumber :