Cahaya mata malam dilangit membenturkan aku pada kenyataan..Saat Terbangun dan tersadar, Aku sendiri lagi…Saat Satu persatu kunang kunang memadamkan kedip.. huwa huwa.
1 lagi Kang Erwin mengatakan :
Bosan dan Jenuh dengan Keramaian
Sedikit Menepi dalam menata hati sunyi
Canda, teriakan, Kebosanan, penderitaan
Mencari sejati diri dalam sebuah sepi
Terus aq surfing disebuah situs dan menemukan puisi ini :
AKU SUDAH MU*K DENGAN K*MU
Terlalu lama aku nantikan semuanya
Marah.....
Selama ini ingin qu marah sama kamu,
Tapi aku tak pernah mampu
Apa sich yg kamu inginkan?
Apa kurang berarti hadirqu di hidupmu?
Capek yank...
Aku sudah capek dengan semua ini,
Tak pernah sedikitpun
qu dapatkan kebahagiaan darimu
Kau hanya bisa menanam luka di hati ini
Jika kau tanya lagi...
Bagaimana perasaanku kepadamu,
jujur... Aku sudah muak lihat tingkah lakumu,
Jangan kau harap ku bisa memberi cinta seperti yang dulu
Ku pergi yank....
Ku kan pergi dari kehidupanmu...
Ihh… keras banget tuch kata2x memang mulai terasa rasa sepi dan sendiri, walaupun roda hidupku tetap berputar namun yang rasa sepi dan sendiri saat ini selalu ada di sekeliling hari-hariku, mungkin semenjak saya mulai jauh dari mereka yang selalu menghias hidupku. para sahabatkusaya yakin rasa sepi dan sendiri ini akan berakhir namun entah sampai kapan rasa itu akan berakhir.
Belum lagi tentang seseorang yang mulai mewarnai hidup ini. entah apakah dia yang terbaik ada waktu yang kah membuktikan namun dia adalah sahabatku dan juga kekasihku… (apa benar begitu???) dan mungkin hanya kenanganlah yang menjadi obatan hati untuk kerinduan disaat sepi dan sendiri.
Kita hidup dalam ruang lingkup yang ramai, di kantor, di Jalan, Di pasar, dan ditempat-tempat lain di dunia ini, Jakarta dan kota besar lainya menawarkan keramaian yang tak pernah berhenti, dan dalam keramaian mungkin kita kehilangan waktu untuk sendiri, yang menyegarkan nurani yang penat oleh hiruk pikuk Duniawi.
Kesunyian yang lahir karena kesendirian dari rahim ketenangan hati. Ia begitu bernilai, bagai mata air yang menengok di tanah tandus pekarangan kita. Sementara yang lain, masih berjibaku dengan dahaga dan teriknya kekeringan. itulah sebuah anugrah yang banyak orang menampikanya, ketika kita bisa menyendiri bukan untuk bengong atau melakukan hal yang tidak baik kita membutuhkan waktu untuk sendiri untuk memikirkan ide-ide besar, untuk merenungi kesalahan-kesalahan kita, sangat banyak ide besar muncul dalam sautu kesendirian dalam merenung.
Tak luput manusia butuh waktu untuk sendiri dalam kesunyian untuk mendekatkan diri kepada sang kuasa yang telah menciptakan manusia, kesunyian Menjaga mata agar tak sepenuhnya menutup, di waktu pilihanNya untuk menepi merasakan isyarat pada detik penuh keagungan kepunyaanNya.
Tanpa kita sadari banyak dari kita tak tahu diri sendiri, tidak kenal siapa dirinya, banyak dari kita menjalani hidup dengan berjalan tanpa sadar apa makna dari hidup dan tujuanya, dan banyak dari kita menggunakan Topeng-topeng semu yang selalu kita banggakan, benarkah itu diri kita yang sesungguhnya?, manusia banyak tidak percaya pada wajah aslinya dan selalu mengganti topeng sesuai dengan keadaan di sekitarnya sadarkah siapa kita?
Beribu bahkan berjuta topeng manusia penggunakan, ada topeng kemunafikan, ada topeng penjilat ketika berhadapan dengan atasnya kita, sadarilah inilah kenyataan hidup kita, suka atau tidak suka itulah yang kita kenakan topeng-topeng yang selalu berganti-ganti yang sering mempengaruhi nurani hati. Tak banyak yang menyadari. Hingga ratusan kali pengalaman semacam itu menyuapi sebagian yang lain. Sehingga, mereka kehilangan jati diri, siapa kita sebenarnya, jutaan topeng berubah-ubah wujud demi menyelamatkan diri dari kerasnya hidup dalam dunia dunia.
Kembali dalam sepi, dengarkan lah jeritan hati yang menangis mengetahui kita menggunakan seribu topeng, mugik kita memiliki seribu kepribadian dalam seribu balutan topeng sesungguhnya, hanya dalam sepi tanpa ada satu mahluk pun yang mengetahui kita bisa melepaskan diri dari beribu topeng, dari kelelahan dalam semua kepalsuan. dalam sepi ini cobalah kembali menjadi diri sendiri tanpa balutan topeng yang ada.
Ya cari lah waktu untuk diri sendiri dalam sepi, menjadi jujur dalam sepi memang tampak mudah, tapi hal itu tak akan pernah menjadi mudah, kecuali kita bisa memulainya, belajar dalam sepi untuk jujur dan menjadi diri sendiri bukan menjadi dia, atau mereka, jadilah anda sendiri. ketuklah diri temuakan sebuah kerinduan kembalinya hati kita pada pangkuanNya.
Saat Titik rintik air menetes dari matamu, dan jujurlah dalam kesendirian. Karena kesendirian akan membisikan dan membuka topeng diri. dan jadilah dirimu yang sejati seperti dalam sendiri
Euuhh panjang sebagai simpanan aja.
Belum lagi tentang seseorang yang mulai mewarnai hidup ini. entah apakah dia yang terbaik ada waktu yang kah membuktikan namun dia adalah sahabatku dan juga kekasihku… (apa benar begitu???) dan mungkin hanya kenanganlah yang menjadi obatan hati untuk kerinduan disaat sepi dan sendiri.
Kita hidup dalam ruang lingkup yang ramai, di kantor, di Jalan, Di pasar, dan ditempat-tempat lain di dunia ini, Jakarta dan kota besar lainya menawarkan keramaian yang tak pernah berhenti, dan dalam keramaian mungkin kita kehilangan waktu untuk sendiri, yang menyegarkan nurani yang penat oleh hiruk pikuk Duniawi.
Kesunyian yang lahir karena kesendirian dari rahim ketenangan hati. Ia begitu bernilai, bagai mata air yang menengok di tanah tandus pekarangan kita. Sementara yang lain, masih berjibaku dengan dahaga dan teriknya kekeringan. itulah sebuah anugrah yang banyak orang menampikanya, ketika kita bisa menyendiri bukan untuk bengong atau melakukan hal yang tidak baik kita membutuhkan waktu untuk sendiri untuk memikirkan ide-ide besar, untuk merenungi kesalahan-kesalahan kita, sangat banyak ide besar muncul dalam sautu kesendirian dalam merenung.
Tak luput manusia butuh waktu untuk sendiri dalam kesunyian untuk mendekatkan diri kepada sang kuasa yang telah menciptakan manusia, kesunyian Menjaga mata agar tak sepenuhnya menutup, di waktu pilihanNya untuk menepi merasakan isyarat pada detik penuh keagungan kepunyaanNya.
Tanpa kita sadari banyak dari kita tak tahu diri sendiri, tidak kenal siapa dirinya, banyak dari kita menjalani hidup dengan berjalan tanpa sadar apa makna dari hidup dan tujuanya, dan banyak dari kita menggunakan Topeng-topeng semu yang selalu kita banggakan, benarkah itu diri kita yang sesungguhnya?, manusia banyak tidak percaya pada wajah aslinya dan selalu mengganti topeng sesuai dengan keadaan di sekitarnya sadarkah siapa kita?
Beribu bahkan berjuta topeng manusia penggunakan, ada topeng kemunafikan, ada topeng penjilat ketika berhadapan dengan atasnya kita, sadarilah inilah kenyataan hidup kita, suka atau tidak suka itulah yang kita kenakan topeng-topeng yang selalu berganti-ganti yang sering mempengaruhi nurani hati. Tak banyak yang menyadari. Hingga ratusan kali pengalaman semacam itu menyuapi sebagian yang lain. Sehingga, mereka kehilangan jati diri, siapa kita sebenarnya, jutaan topeng berubah-ubah wujud demi menyelamatkan diri dari kerasnya hidup dalam dunia dunia.
Kembali dalam sepi, dengarkan lah jeritan hati yang menangis mengetahui kita menggunakan seribu topeng, mugik kita memiliki seribu kepribadian dalam seribu balutan topeng sesungguhnya, hanya dalam sepi tanpa ada satu mahluk pun yang mengetahui kita bisa melepaskan diri dari beribu topeng, dari kelelahan dalam semua kepalsuan. dalam sepi ini cobalah kembali menjadi diri sendiri tanpa balutan topeng yang ada.
Ya cari lah waktu untuk diri sendiri dalam sepi, menjadi jujur dalam sepi memang tampak mudah, tapi hal itu tak akan pernah menjadi mudah, kecuali kita bisa memulainya, belajar dalam sepi untuk jujur dan menjadi diri sendiri bukan menjadi dia, atau mereka, jadilah anda sendiri. ketuklah diri temuakan sebuah kerinduan kembalinya hati kita pada pangkuanNya.
Saat Titik rintik air menetes dari matamu, dan jujurlah dalam kesendirian. Karena kesendirian akan membisikan dan membuka topeng diri. dan jadilah dirimu yang sejati seperti dalam sendiri
Euuhh panjang sebagai simpanan aja.